Kumpulan Aplikasi Dan Game Terbaik

Jumat, 27 November 2020

Review Call of Duty – Black Ops Cold War: Eksekusi Campaign Fantastis!

 Industri game dan akhir tahun berarti membicarakan soal rilis game-game AAA yang ditujukan untuk mengisi masa liburan untuk negara-negara region barat, yang biasanya diasosiasikan dengan aksi belanja besar-besaran. Maka seperti tahun-tahun sebelumnya, di antara jajaran game-game AAA tersebut, menyeruak lah nama Call of Duty yang tahun ini kembali dengan Black Ops Cold War. Tahun 2020 memang terhitung istimewa karena alih-alih dikerjakan oleh Sledgehammer Games yang seharusnya bertanggung jawab untuk siklus tiga tahunan yang sudah ditetapkan oleh Activision, ia justru kembali dikerjakan oleh Treyarch yang baru dua tahun yang lalu – melepas COD: Black Ops IV ke pasaran. Dengan situasi seperti ini, tidak heran jika Ia terasa sedikit mengkhawatirkan.

Untungnya, kesan pertama yang berhasil ia torehkan, berakhir cukup positif. Anda yang sudah membaca artikel preview kami sepertinya sudah mendapatkan gambaran cukup jelas kira-kira pengalaman seperti apa yang ia tawarkan. Treyarch kembali dengan mode campaign yang diposisikan sebagai seri sekuel langsung dari COD: Black Ops pertama, dimana Marson dan Woods kembali memainkan peran penting. Hal fantastis bukan mengakar pada cerita konspirasinya itu sendiri, tetapi implementasi beragam mekanik baru dan cabang cerita berbasis opsi percakapan yang memang memiliki pengaruh cukup signifikan. Semuanya dibalut dengan mode multiplayer dan zombie yang familiar.

Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh COD Black Ops Cold War ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai eksekusi campaign yang fantastis? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.

Plot

Black Ops Cold War berperan sebagai sekuel langsung COD: Black Ops pertama yang dirilis di tahun 2010 silam.

Berbeda dengan seri-seri Black Ops sebelumnya yang walaupun berbagi satu benang merah cerita yang sama, tetapi hadir dengan lompatan timeline yang jauh, Black Ops Cold War berperan sebagai seri sekuel langsung dari Call of Duty: Black Ops pertama yang dirilis di tahun 2010 yang silam.

Di awal tahun 1980-an, Amerika Serikat yang berhasil mengamankan para otak di balik krisis sandera Iran ternyata menemukan satu nama yang tidak pernah kira akan mengemuka sebelumnya. Mereka yang bertanggung jawab untuk kasus ini dengan gamblang menyebut bahwa sosok mata-mata misterius bernama Perseus berada di belakang layar. Sosok ini diyakini punya potensi besar membahayakan Amerika Serikat, dan karenanya – President Ronald Reagan menugaskan operasi gelap untuk menumpasnya. Sekelompok pasukan khusus diracik untuk tugas ini, yang berisikan CIA Russell Adler, Alex Mason, Frank Woods, Lawrence Sims, Lazar, Hudson, Helen, dan seorang operator baru bernama – Bell.

Misi utama adalah mencari dan memburu Perseus – mata-mata handal yang diyakini akan jadi ancaman besar bagi Amerika Serikat.
Perburuan ini akan membawa Anda ke begitu banyak belahan dunia.

Sosok Bell yang misterius akan menjadi tokoh protagonis utama, dimana sebagian besar cerita akan disajikan lewat perspektifnya. Penelusuran tim operasi gelap ke seluruh dunia, yang juga diikuti dengan korban jiwa yang berjatuhan ini meyakini satu hal – bahwa Perseus menguasai salah satu informasi paling rahasia Amerika Serikat yang disebut sebagai “Operation Greenlight”. Operasi ini mengungkap bagaimana negara adidaya ini ternyata sudah mempersiapkan begitu banyak bom neutron di hampir semua kota besar Eropa untuk mengantisipasi invasi Soviet di masa depan. Seperti yang bisa diprediksi, Perseus ingin menguasai komando atas bom-bom ini, meledakkannya, dan menjadikan Amerika Serikat sebagai kambing hitam.

Siapa sebenarnya Perseus?

Lantas, mampukah tim ini mencegah skenario kiamat kecil yang satu ini? Siapa pula sosok Bell sebenarnya? Siapa pula identitas Perseus yang sesungguhnya? Semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini bisa Anda dapatkan dengan memainkan Call of Duty: Black Ops Cold War ini.

Serupa dengan Modern Warfare

Peningkatan visual yang ditawarkan dari Modern Warfare tidak bisa dibilang signifikan.

Lompatan visual yang ditawarkan oleh Call of Duty: Modern Warfare dari Black Ops IV tahun lalu memang terhitung cukup signifikan. Dengan minimnya bahan pembanding yang ditawarkan oleh Black Ops IV, mengingat ia tidak memuat mode campaign sama sekali, Modern Warfare terasa seperti lompatan yang menggoda. Namun untuk Black Ops Cold War ini, peningkatan visual yang ditawarkan tidak bisa dibilang signifikan. Anda yang senang dengan bagaimana cara Infinity Ward menangani kualitas model karakter dan cut-scene pre-rendered untuk momen cerita penting, seperti ketika Ronald Reagan menampakkan diri, bisa mengantisipasi kualitas yang serupa dengan Black Ops Cold War ini.

Pendekatan tidak berbeda ini juga terjadi dengan konten ray-tracing yang saat ini, memang “mendefinisikan” kualitas visual next-gen. Seperti yang terjadi di Modern Warfare, implementasi teknologi visual ini untuk Black Ops Cold War juga tidak membuat sisi presentasi visualnya melambung. Mengapa? Karena berbeda dengan kebanyakan game RT yang biasanya menggembar-gemborkan sisi pantulan cahaya dan cermin misalnya, seperti halnya Control atau Battlefield, sisi ray-tracing Black Ops Cold War lebih difokuskan pada bayangan dan ambient occlusion.

Tidak seperti game RT lain yang “menjual” pantulan / reflection, COD Black Ops Cold War bermain di akurasi bayangan.
Sulit untuk melihat beda RT hidup dan mati jika Anda tidak memerhatikannya dengan saksama.

Karenanya, yang ia kejar adalah akurasi bayangan yang harus diakui, butuh perhatian ekstra untuk bisa dinikmati bedanya. Dengan kebanyakan aksi terjadi begitu cepat di mode misi, Anda mungkin hanya bisa “menikmati” fitur RT yang ia usung di bagian hub mode campaign, dimana Anda bisa menikmati momen jeda sejenak sebelum bergerak ke area sebelumnya. Anda juga bisa melihat bagaimana Treyarch seolah mendesain hub ini dengan tujuan memang, untuk memamerkan fitur ray-tracing yang pada dasarnya, sudah sulit dibedakan antara “OFF” dan “Ultra” ini. Tanpa ada konfirmasi apakah ia juga berjalan di kartu grafis terbaru AMD, impresi ini kami dapatkan dengan RTX 3070, tentu saja dengan teknologi DLSS yang juga tersedia dan diaktifkan.

Maka sisa presentasi visual akan mengitari pengalaman yang bisa Anda antisipasi dari sebuah seri Call of Duty. Setidaknya untuk mode campaign, Anda masih akan bertemu dengan pendekatan sinematik dengan kualitas yang setara atau bahkan, melebihi film Hollywood sendiri. Ledakan di sana-sini, sudut pandang kamera orang pertama yang berujung membuat event terasa lebih dramatis, dan tentu saja percakapan-percakapan jarak dekat yang juga didukung dengan voice acting yang fantastis. Mengingat ini adalah seri Black Ops yang selama ini melekat dengan tema sci-fi, ketika tema tersebut mengemuka, ia juga dieksekusi dengan cukup baik. Cukup untuk membuat Anda seolah terjun ke dalam sebuah game thriller yang tidak pernah Anda tahu, akan bisa muncul dari sebuah seri Call of Duty. Ia terasa seperti sebuah kegilaan yang dibangun presisi.

Bukan Black Ops namanya jika ia tidak hadir dengan elemen sci-fi di dalamnya sebagai twist.
Ada cukup banyak variasi wilayah dan arena bermain yang Anda cicipi, setidaknya di mode campaign.

Sementara dari setting, Anda akan menjelajahi begitu banyak belahan dunia di beragam timeline berbeda. Variasi yang diusung oleh Black Ops Cold War cukup bisa diacungi jempol untuk urusan yang satu ini. Memang tidak banyak pertarungan urban seperti seri Modern Warfare, namun lokasi yang Anda jajaki akan hadir dengan cita rasa era tahun 1980-an yang kental. Tentu saja, seperti yang sempat digembar-gemborkan, Anda juga akan disuguhi dengan sedikit elemen perang Vietnam di dalamnya, yang juga bisa sedikit Anda nikmati keindahannya saat mengendalikan helikopter perang di salah satu misi. Dari kesemua misi yang tersedia, menikmati isi kantor KGB di salah satu misi lengkap dengan gaya permainan unik yang akan kami bicarakan nanti, tentu jadi salah satu bagian terfavorit kami.

Sebagai gamer yang tidak pernah memerhatikan banyak soal senjata api, kami tidak bisa berbicara banyak soal seberapa akurat suara setiap senjata yang muncul di Call of Duty: Black Ops Cold War ini. Namun kami tidak ragu untuk mengapresiasi bagaimana suara tetap memainkan peran penting dalam gameplay, terutama saat kita bicara soal mode multiplayer kompetitif yang ia usung. Mampu menerka posisi gerak musuh saat mereka berlari mendekat atau memperkirakan dari mana arah suara tembakan baru saja terjadi adalah konsep yang berhasil dieksekusi baik oleh seri yang satu ini. Menggunakan sekadar headset stereo sekalipun, Anda yang memberikan perhatian ekstra pada datangnya suara bisa jadi memiliki keuntungan strategis yang lebih baik saat terjun ke dalam mode-mode ini.

Dengan semua kombinasi ini, Anda yang berharap bahwa akan ada lompatan visual signifikan dari Modern Warfare ke Black Ops Cold War mungkin tidak akan mendapatkannya, bahkan dengan teknologi ray-tracing yang terhitung “memble” jika dibandingkan game-game dengan teknologi serup a yang lain. Namun jika Anda menginginkan pendekatan kualitas Call of Duty yang seharusnya, dari gaya cerita sinematik, voice acting solid, tata desain audio untuk mode multiplayer kompetitif, dan cerita yang diusung, Anda harusnya akan mendapatkan hal tersebut dari Call of Duty: Black Ops Cold War ini.

Eksekusi Campaign Fantastis!

Mode campaign jadi bagian terfavorit kami di Black Ops Cold War.

Sebelum kita menyelam lebih dalam ke mode campaign Black Ops Cold War dan alasan mengapa kami tidak ragu untuk menyebutnya sebagai eksekusi yang fantastis, ada baiknya jika kami memperingatkan terlebih dahulu bahwa apa yang akan Anda baca setelah bagian paragraf ini akan berujung jadi spoiler. Kami mau tidak mau harus membicarakan ending yang ia usung, karena harus diakui, ia jadi salah satu alasan mengapa kami memilih sub-judul di atas. Ada sesuatu yang berbeda dan istimewa dengan cara Treyarch mengeksekusi mode campaign Call of Duty: Black Ops Cold War ini.

Salah satu yang paling keren kini datang dari sistem side mission yang bisa Anda tempuh dan selesaikan di luar misi utama, yang biasanya berakhir dengan meminta Anda untuk menghabisi target tertentu yang memang punya keterkaitan kuat dengan sosok jaringan milik Perseus. Namun tidak seperti misi-misi sampingan pada umumnya, yang biasanya akan langsung membawa Anda terjun ke dalam cerita dan menyelesaikan apapun yang diminta, Black Ops Cold War “menguncinya” lewat sistem puzzle yang cukup cerdas. Puzzle dimana Anda harus mencari solusinya terlebih dahulu sebelum Anda bisa menyelesaikan sang misi sampingan dan mendapatkan hasil terbaik yang bisa Anda dapatkan.

Clue untuk misi sampingan tersebut akan disebar di beberapa misi utama. Bentuknya mirip dengan collectibles Intel yang tersedia di seri-seri Call of Duty lawas, yang memang nyaris tidak ada gunanya selain memberikan ekstra lore bagi cerita yang diusung sang seri . Di Black Ops Cold War, intel-intel yang bisa Anda kejar dan dapatkan ini akan membuka ekstra informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan puzzle yang ada, dan karenanya memungkinkan Anda untuk memicu skenario terbaik untuk aksi bunuh target di masing-masing misi.

Misi sampingan kini juga dibungkus dengan puzzle yang butuh petunjuk untuk diselesaikan.
Petunjuk penting bisa didapatkan via Intel yang bisa Anda kumpulkan di ragam misi utama. Ini membuat sistem Intel bukan lagi sekadar “collectibles” belaka.

Intel-Intel ini biasanya berisikan potongan clue yang akan memberikan konteks lebih baik dan mendukung konten dari clue lain yang sudah Anda dapatkan sebelumnya. Di satu misi ia sekadar berisikan daftar kode yang punya potensi untuk berakhir jadi password disket yang kontennya butuh Anda buka, sementara di misi lain ia bisa berisikan informasi soal jenis kelamin terkait calon-calon target untuk memastikan Anda tidak berujung salah memilih korban. Ini menawarkan tantangan baru yang membuat pengalaman Call of Duty menjadi lebih unik dan inovatif, sekaligus membuat sistem collectibles seperti Intel kini punya nilai untuk dikejar.

Apresiasi ekstra juga pantas diarahkan pada desain misi campaign yang tidak kesemuanya kini berisikan soal aksi tembak dan ledakan saja. Di salah satu misi, Anda akan berperan sebagai mata-mata di dalam markas KGB yang punya satu objektif yang jelas – menyusupkan pasukan rahasia Amerika Serikat ke dalamnya. Di dalam misi ini, alih-alih senjata dan ledakan, Anda justru diminta untuk mengeksplorasi peta HQ KGB yang dibuka secara bebas untuk Anda jelajahi demi menyelesaikan misi spesifik ini – dimana ia harus diawali dengan mengamankan kartu akses terlebih dahulu. Anda diberikan kebebasan untuk memilih jalur “solusi” seperti apa yang Anda inginkan. Kami sendiri berakhir mencuri cerutu di salah satu ruang petinggi, membunuh informan yang sempat mengkhianati tim dengan “bersih”, dan kemudian menukarkan cerutu  tersebut sebagai “alat sogok” salah satu petugas yang kebetulan, menjaga ruang teknologi untuk pemograman ulang sang kartu. Kami yakin Anda bisa jadi menemukan solusi yang berbeda.

Beberapa misi datang dengan desain unik yang tidak selalu berhubungan dengan tembak-menembak.
Zakhaev??!

Di markas besar KGB ini jugalah, Black Ops Cold War datang dengan sebuah twist yang tidak pernah Anda prediksi sebelumnya. Bahwa ternyata ia menjadi jembatan untuk seri Modern Warfare yang selama ini kita kenal, terutama lewat dibukanya sosok Zakhaev yang masih terlihat muda, namun sudah memiliki posisi yang super penting di sini. Dengan kehadiran Zakhaev, kita mendapatkan sedikit latar belakang sosok yang jadi tokoh antagonis di seri pertama Modern Warfare lawas ini. Semuanya dipermanis dengan fakta bahwa di salah satu misi, pasukan Soviet terlihat tengah berlatih perang di sebuah kota fiktif Amerika Serikat dengan tulisan franchise makanan BurgerTown yang terlihat jelas di sana, lengkap dengan desain landscape yang terasa begitu familiar jika Anda sempat mencicipi seri Modern Warfare yang lalu. Sepertinya aman untuk berasumsi bahwa semua elemen ini masuk ke dalam Black Ops Cold War bukan atas nama “kebetulan” dan easter egg belaka.

Bagian terbaik dari mode Campaign ini adalah kehadiran beragam opsi yang harus Anda pilih, terutama lewat percakapan yang akan memberikan Anda cabang cerita yang menarik. Sayangnya, opsi cerita bercabang ini tidak mereka eksekusi di semua titik pilihan. Kami sempat menjajal opsi yang berbeda di dua playthrough terpisah dan menemukan bahwa terlepas dari pilihan apapun yang ia ambil, ia tetap akan berujung pada satu event yang sama. Berusaha menyelamatkan satu karakter NPC dan membiarkan mereka hidup? Adler lah yang akan menyarangkan peluru ke kepala mereka. Berusaha membunuh agen yang membocorkan informasi lokasi Anda di salah misi? Pihak antagonis tetap akan menemukan Anda dengan alasan berbeda, dan sekuens sinematik tetap akan berjalan sama terlepas dari apapun pilihan yang Anda ambil.

Kami hidup untuk momen ini!!

Namun ketika momen itu tiba dan pilihan yang Anda ambil memang mempengaruhi jalan cerita yang Ana dapatkan, terutama di ending, Black Ops Cold War mengeksekusi hal tersebut dengan begitu manisnya hingga Anda bisa melupakan kelemahan soal sistem pilihan ini di sekuens cerita sebelumnya. Pilihan ini akan mempengaruhi setidaknya misi terakhir seperti apa yang Anda dapatkan dan ending seperti apa yang Anda picu. Yang jadi favorit kami? Tentu saja kesempatan untuk menjadi tokoh antagonis yang sesungguhnya, terlepas dari apakah ia dihitung canon atau tidak. Setelah selama ini terus muncul seruan bagaimana gamer Call of Duty ingin memainkan karakter yang mengambil sisi Soviet atau Russia dan mempercundangi Amerika Serikat, kesempatan tersebut akhirnya tiba di Black Ops Cold War. Masih kurang manis? Anda juga punya kesempatan untuk menyarangkan peluru berkaliber besar, dalam mode slow motion nan dramatis, ke kepala Woods dan Mason jika Anda menginginkannya. Godaan untuk memicu ending yang satu ini, memang terlalu besar.



Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Review Call of Duty – Black Ops Cold War: Eksekusi Campaign Fantastis!

0 komentar:

Posting Komentar